Kemenperin dan STMI

E-Learning | Sekolah Tinggi Manajemen Industri

ANALISIS TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN YANG DAPAT KERJASAMA DENGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP

Download Lampiran Disini

ANALISIS TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN YANG DAPAT KERJASAMA DENGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN KARAWANG

Charles Bohlen Purba (bohlenpurba@yahoo.com)

Abstract

Less on developing and contributing fisheries sector on Gross National Product (GNP), especially capture fishing efforts in Karawang Regency, dominantly because of capital limitation and imprecisely capture fishing sector development. This research is trying to analyze financial feasibility of capture fishing sector and its relationship with financial institutions. The analyzing methods would be referred to Hanley and Spash (1993) there are Net Present Value (NPV), Net Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), Return of Investment (ROI), and Payback Period (PP). The results shows that capture fishing with drift gill  net (JIH),sero and state gill net (JIT) and shell collecting are capture fisheries efforts with good financial conditions (NPV drift gill net/JIH= Rp.77.818.138, NPV Sero = Rp.83.894.081 dan NPV state gill net/JIT = Rp.91.005.295) and the other three capture fisheries efforts have NPV, B/C Ratio, IRR, ROI and PP appropriate with terms and conditions, then its could be more development and proper to get financial institutions support. And capture fisheries with fishhook and fishing line are not properly to be development. There are three potential financial institutions which could support the capture fisheries efforts, but for now on only KUD Mina Singa Perbangsa and BRI Bank which needed its 703.500.000 each year. And from BRI Bank Consist of general business credits usaha Pedesaan (KUPEDES), are optimally could be reaching Rp4.030.000.000, Rp 806.000.000 and Rp 120.900.000 each year. And there are financial institution which not needed its services because of the credits scale which offered are not suitable, the relations not connected, there are problems in collateral, and trust factor.

Keywords:Financial, Credits, Financial Institutions, Capture fishing efforts.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                           Abstrak

Kurang berkembangnya dan berkontribusinya Sektor Perikanan terhadap Gross National Product (GNP) khususnya Sektor Perikanan Tangkap di Kabupaten Karawang, sebahagian besar disebabkan oleh keterbatasan Modal dan kurang tepatnya Usaha Perikanan Tangkap dikembangkan.Penelitian ini mencoba menganalisis kelayakan finansial usaha perikanan tangkap dan kemitraan dengan Lembaga Keuangan. Metode Analisis mengacu kepada Hanley dan Spash (1993) meliputi Analisis Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio), Interest Rate Of Return (IRR), Return of Investment (ROI) dan PayBack Period (PP). Hasil Analisis menunjukkan bahwa Usaha  perikanan Jaring Insang Hanyut (JIH), Sero dan Jaring Insang Tetap (JIT) merupakan Usaha Perikanan Tangkap yang kondisi Finansialnya bagus (NPV Jaring Insang Hanyut /JIH = Rp. 77.818.138,- NPV Sero = Rp. 83.894.081.- dan NPV Jaring Insang Tetap/JIT = Rp.91.005.295.- dan ketiga Usaha Perikanan tangkap mempunyai NPV, B/C Ratio, IRR, ROI dan PP sesuai yang disyaratkan, sehingga dapat dikembangkan dan layak mendapatkan dukungan dari Lembaga Keuangan. Sedangkan Alat Tangkap Pukat Udang dan Pukat Pantai tidak layak dikembangkan.  Ada tiga lembaga keuangan yang potensial yang dapat mendukung usaha perikanan tersebut, namun untuk saat ini hanya KUD Mina Singa Perbangsa  dan Bank BRI yang dibutuhkan peranannya yaitu Rp.703.500.000.- tiap tahun dan dari Bank BRI terdiri dari Kredit Bisnis Umum, Kredit Usaha Pedesaan (KUPEDES) yang dapat dioptimalkan mencapai Rp.4.030.000.000.- Rp. 806.000.000.- dan Rp.120.900.000.- tiap tahun. Beberapa lembaga keuangan lainnya yang belum beroperasi disebabkan skala kredit yang ditanamkan tidak cocok, relasinya belum terbangun, masalah penjaminan serta faktor kepercayaan.

Kata kunci : Keuangan, Kredit, Lembaga Keuangan, Usaha Perikanan Tangkap.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Pendahuluan

 

            Kegiatan perikanan di Indonesia, hingga saat ini masih didominasi oleh usaha mikro, kecil dan mengengah (UMKM), baik oleh nelayan, penangkap maupun nelayan pengolah hasil tangkapan.  Karakteristik tersebut dapat dilihat dari statistik perikanan tahun 2006 yang menunjukan bahwa dari 412.497 unit armada perikanan yang digunakan oleh seluruh nelayan di Indonesia sekitar 90,9% merupakan Perahu Tanpa Motor, Perahu Motor Tempel dan Kapal Motor yang berukuran dibawah 5 GT.  Hasil penelitan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan jumlah usaha kecil dan mengengah (UKM) di Indonesia pada tahun 2006 mencapai hampir 49 juta unit.  Dari angka tersebut hanya 13% saja yang mampu mengakses perbankan, sedangkan yang 87% mengandalkan modal sendiri.  Bila melihat kontribusinya terhadap produk domestic bruto national (PDBN), maka sektor perikanan hanya menyumbangkan sekitar 4,04 % atau Rp.71.9 trilliun dari total Rp.1.778,7 trilliun( BPS 2008), meskipun sektor ini mempunyai jangkauan usaha sangat luas dengan UKM yang paling banyak.  Kurang berkembangnya sektor perikanan, khususnya usaha perikanan tangkap juga terlihat di pesisir utara kabupaten karawang.  Salah satu permasalahan utama yang dihadapi terletak pada keterbatasan modal menjalankan usaha.  Hingga saat ini sedikit lembaga keuangan, baik milik pemerintah maupun swasta, dan lembaga-lembaga pembiayaan lainnya yang menjalin kerjasama dengan usaha nelayan ini.  Hal ini karena usaha perikanan tangkap yang dilakukan nelayan kebanyakan tidak layak dikembangkan, sehingga dapat merugikan lembaga kauangan yang memberi kredit.  Interaksi dan kerjasama usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan belum harmonis dan belum dapat diandalkan untuk mengatasi permasalahan penyediaan modal usaha perikanan tangkap.  Hal ini menyebabkan permasalahan turunan yaitu :

1.      Pengelolaan usaha perikanan tangkap masih dilakukan secara tradisional dimana kondisi finansial usaha tidak jelas dan evaluasi sering dianggap tidak perlu.  Kondisi ini juga semakin membingungkan bagi lembaga keuangan dan pemberi lainnya untuk menentukan mana usaha perikanan yang layak dan dapat didukung di dalam pendanaannya.  Tidak adanya data evaluasi finansial ini menyebabkan lembaga keuangan menetapkan persyaratan kredit dan lainnya yang cukup ketat untuk ukuran pengelolaan yang tradisional tersebut.

2.      Kalaupun dukungan pemodalan ada pada beberapa usaha perikanan tangkap selama ini, terkadang juga kurang optimal baik dalam jumlah maupun pelayanan, sehingga produktivitas usaha menjadi terganggu.  Dalam kaitan ini, maka optimalisasi dukungan dan peran perlu menjadi target bagi lembaga keuangan atau pemberi kredit lainnya sehingga lebih menguntungkan bagi keduabelah pihak.

3.      Strategi kerjasama yang dibangun antara lembaga keuangan dengan usaha ekonomi kecil dan menengah terkadang kurang berjalan dengan baik.  Hal ini dapat terjadi karena strategi yang diterapkan kurang mengakomodir kepentingan semua komponen atau pihak terkait sehingga sering terjadi benturan dalam implementasinya.

 

Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Net Present Value(NPV)

Net PresetValue (NPV) digunakan un-tuk menilai manfaat investasi usaha perikanan tangkap yang merupakan jumlah nilai kini dari manfaat bersih dan dinyatakan dalam rupiah. Bila NPV > 0 berarti investasi menguntungkan, sedangkan bila NPV < 0 berarti investasi tidak menguntungkan atau usaha perikanan tangkap tersebut tidak layak dilaksanakan.

 

 

Benefit-Cost Ratio(B/C ratio)

Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) merupakan perbandingan antara total manfaat bersih investasi usaha perikanan tangkap yang bersifat positif, dengan total manfaat kotor investtasi usaha perikanan tangkap yang bersifat negatif. Bila B/C ratio > 1, maka investasi menguntungkan, sedangkan bila B/C ratio < 1 berarti investasi tersebut tidak layak, sehingga menjadi pertimbangan negatif bagi dukungan lembaga keuangan.

 

 

Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suku bunga maksimal untuk sampai kepada NPV = 0, jadi dalam keadaan batas un-tung rugi. Usaha perikanan tangkap dinyatakan “layak” bila IRR > dari interest rate (suku bunga) yang berlaku. Bila IRR sama dengan interest rateyang berlaku maka nilai NPV = 0 (nol), dan jika IRR < dari interest rate yang berlaku maka nilai NPV < 0 (nol), berarti usaha perikanan tangkap tersebut tidak layak dikembangkan.

 

 

Return of Investment(ROI)

Return of Investment (ROI) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investtasi dari manfaat yang diterima pemilik.  Usaha perikanan tangkap dinyatakan layak bila mempunyai ROI > 1, dan dinyatakan tidak layak bila mempunyai ROI < 1.

 

 

Payback Period(PP)

Payback Period (PP) digunakan untuk mengetahui lamanya pengembalian investasi dari benefit (pendapatan) yang diterima pemilik

 

 

Penetapan Jenis Usaha Perikanan Tangkap yang Layak Didukung Oleh Lembaga Keuangan

Jenis usaha perikanan tangkap di pesisir utara Kabupaten Karawang yang potensial mendapat dukungan dari lembaga keuangan didasarkan pada hasil analisis NPV, B/C ratio, IRR, ROI, dan PP.  Bila usaha perikanan tangkap tersebut mempunyai NPV > 0, B/C ratio > 1, IRR lebih besar dari interest rate (suku bunga) yang berlaku, dan ROI > 1, dan PP < 1, maka usaha perikanan tersebut layak dikembangkan dan didukung oleh lembaga keuangan.  Interest rate(i) bank yang digunakan dalam analisis ini mengacu kepada Bank Indonesia (2009) yaitu 9,5

 

 

Analisis Linier Goal Programming (LGP)

Analisis linier goal programming(LGP) digunakan untuk mengoptimalkan peran kredit/ pembiyaan/jasa lembaga keuangan dalam mendukung usaha perikanan tangkap dinyatakan layak. Model linear goal programming untuk optimalisasi peran ini adalah :

Fungsi tujuan : 

m

Z=(DBi+ DAi)

i=1

Fungsi pembatas :

DB1 DA1 DB2 DA2

. .

+ xa1 + xa2

11 12

+ xa1 + a22 x

21

DBDA+ am1 x1 + am2

mm

+ xa3 + .... + xa= b1

13 1nn

+ xa3 + .... + a2nx= b2

2 23 n

x2 + am3 x3 + .... + amnxn= bm

Dimana: Z = total deviasi yang akan diminimumkan, DBi = Deviasi bawah pembatas ke-i, DAi = Deviasi atas pembatas ke-i, Cj= parameter fungsi tujuan ke-j, b1 = kapasitas/ ketersediaan pembatas ke-i, aij = parameter fungsi pembatas ke-i pada variabel keputusan ke-j, pembatas ke-i = jenis kredit/ pembiaya-an/jasa i dari lembaga keuangan, Xj = variabel putusan ke-j (jumlah dan jenis lembaga keuangan), Xj, DAi dan DBi > 0, untuk i = 1, 2,…., m dan j = 1, 2…., n

 

 

Hasil Analisis Pembiayaan dan Manfaat Usaha Perikanan Tangkap 

Kabupaten Karawang merupakan basis usaha perikanan tangkap yang sangat diperhitungkan di pesisir utara Jawa Barat.  Adapun jenis usaha perikanan tangkap yang cukup diperhitungkan dan diusahakan signifikan di Kabupaten Karawang adalah usaha perikanan Bubu, Jaring Insang Hanyut (JIH), Sero dan jaring insang Tetap (JIT), merupakan usaha perikanan tangkap yang dominan dan diusahakan dalam skala besar oleh nelayan di Kabupaten Karawang. Bubu merupakan usaha perikanan tangkap skala kecil, namun banyak digemari oleh remaja dan ibu-ibu sehingga penopang ekonomi keluarga. Hasil analisis finansial terkait pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang disajikan pada Tabel 1.

 

 

 

 

 

Tabel 1 Kondisi Pembiayaan (Cost) Usaha perikanan tangkap di kabupaten Karawang

 

Akhir Tahun

Biaya (Rp)

Pukat Udang

Bubu

Pukat Pantai

JIH

JIL

Sero

JIT

0

30,200,000

5,418,519

10,772,093

186,093,750

125,865,385

63,825,000

244,760,870

1

28,042,857

3,096,296

7,181,395

155,078,125

102,980,769

49,641,667

190,369,565

2

10,785,714

2,322,222

6,283,721

77,539,063

80,096,154

42,550,000

163,173,913

3

6,471,429

1,161,111

4,488,372

46,523,438

57,211,538

35,458,333

108,782,609

4

4,314,286

774,074

3,590,698

31,015,625

45,769,231

14,183,333

81,586,957

5

2,157,143

387,037

2,693,023

15,507,813

34,326,923

7,091,667

54,391,304

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Hasil analisis data lapangan (2009)

Untuk usaha perikanan Sero,Jaring Insang Hanyut (JIH) dan Jaring Insang Tetap (JIT), modal awal tersebut termasuk besar dan banyak digunakan untuk pengadaan armada, karena armada yang disiapkan cukup besar dan diharapkan dapat menjangkau perairan luas dengan waktu operasi 1 - 3 bulan per tripnya. Namun secara umum, pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Jaring Insang Tetap (JIT) merupakan usaha perikanan tangkap yang paling signifikan mengalami penurunan pembiayaan selama tahun/waktu pengoperasiannya. Sedangkan usaha pancing lainnya mengalami penurunan paling kecil. Perilaku penurunan ini sangat dipengaruhi oleh intensitas perawatan selama waktu pengoperasian.

Hasil analisis finansial terhadap manfaat (benefit) tujuh usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang pada Tabel 2 menunjukkan bahwa usaha perikanan Jaring Insang Tetap (JIT) merupakan usaha dengan manfaat terbesar di Kabupaten Karawang. Selain besar, manfaat usaha perikanan jaring insang tetap (JIT) tersebut juga cenderung meningkat terus dari tahun ke tahun.  Dari tujuh usaha perikanan tersebut, hanya usaha Sero yang pernah mengalami penurunan dalam penerimaan manfaat. Meskipun pernah menurun, manfaat dari usaha perikanan tersebut sangat fantastis dibandingkan jarring insang hanyut (JIH) dan Sero serta Bubu

 

 

 

 

 

Hasil Analisis Kelayakan Finanasial Usaha Perikanan Tangkap

 

Hasil analisis finansial lanjutan menggunakan parameter NPV, B/C ratio, IRR, ROI, dan PP untuk setiap usaha perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Karawang ditunjukkan oleh Tabel 2.  Berdasarkan hasil analisis Tabel 2, terlihat bahwa Pukat Udang dan Pukat Pantai serta JIL mempunyai NPV yang negatif yaitu masing-masing

– Rp 1.602.861 dan – Rp 314.653 serta –Rp 1.725.476. Nilai NPV tersebut memberi indikasi bahwa jika ketiga usaha perikanan tangkap ini dilakukan, maka menyebabkan penerimaan bersih yang diterima nelayan (NPV), yang diterima nelayan Pukat Udang pada suku bunga berlaku (9,5 %) se-lama waktu pengoperasian 5 tahun adalah berupa kerugian sebesar Rp 1.602.861, dan yang diterima nelayan Pukat pantai pada suku bunga berlaku (9,5 %) selama waktu pengoperasian 5 tahun adalah berupa kerugian sebesar Rp 314.653,serta JIL sebesar Rp1.725.476.

Untuk parameter NPV ini, usaha perikanan Bubu, jaring insang Hanyut (JIH),Sero  jaring insang tetap (JIT), mempunyai NPV yang positif (> 0 (nol).  Nilai NPV usaha perikanan, jaring insang hanyut (JIH),Sero dan jaring insang tetap (JIT) paling besar, yang berarti ketiga usaha perikanan tangkap tersebut memberikan keuntungan cukup menjanjikan selama waktu pengoperasiannya. Hasil analisis parameter B/C ratio menunjukkan bahwa usaha perikanan JIH, Sero dan Jaring insang Tetap (JIT) mempunyai B/C ratio yang besar. Terkait dengan ini, maka dapat dikatakan bahwa ketiga usaha perikanan ini memberikan manfaat besar, yaitu masing-masing 1,38, 1,65, dan 1,30 kali lebih besar dari pada jumlah pembiayaan yang dikeluarkan selama waktu pengoperasian usaha tersebut.

Tabel 2 Kondisi manfaat (benefit) usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang

Akhir Tahun

 

Benefit (Rp)

Pukat Udang

Bubu

Pukat Pantai

JIH

JIL

Sero

JIT

0

-

-

-

-

-

-

-

1

11,142,857

2,796,296

7,238,372

135,562,500

97,589,744

73,500,000

141,217,391

2

15,952,381

3,283,951

7,697,674

102,250,000

83,884,615

68,416,667

175,043,478

3

21,714,286

3,419,753

7,058,140

153,953,125

99,794,872

69,333,333

249,782,609

4

27,000,000

4,030,864

8,302,326

161,328,125

107,000,000

68,833,333

261,521,739

5

21,571,429

3,870,370

8,976,744

155,078,125

114,423,077

70,916,667

271,956,522

Sumber: Hasil analisis data lapangan (2009)

 

Tabel 3  Kondisi finansial usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang

 

Jenis Usaha Perikanan Tangkap

Parameter Finansial

NPVi

B/C

IRR

ROI

PP

 

 

 

 

 

 

 

 

Pukat Udang

Rp

               (1,602,861)

                1.19

8.38%

3.22

0.31

Bubu

Bubu

Rp

1,307,953                  

1.32       

15.69%

3.21

0.31

 

Pukat Pantai

Rp

                 (314,653)

                1.12

8.68%

3.65

0.27

 

JIH

Rp

              77,818,138

                1.38

19.34%

3.81

0.26

 

JIL

Rp

               (1,725,476)

                1.13

9.14%

3.99

0.25

 

Sero

Rp

              83,894,081

                1.65

43.66%

5.50

0.18

 

JIT

Rp

              91,005,295

                1.30

17.55%

4.49

0.22

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Hasil analisis data lapangan (2009)

 

 

Usaha perikanan JIH, Sero, jaring insang tetap (JIT), termasuk usaha perikanan tangkap dengan nilai IRR besar di Kabupaten Karawang yaitu masing-masing 19,34%, 43,66%, 17,55%, dan. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa menginvestasikan uang pada usaha perikanan JIH, Sero, jaring insang tetap (JIT), akan mendatangkan keuntungan yang relatif besar yang lebih tinggi dari pada disimpan di bank (suku bunga hanya 9,5 % per tahun), yaitu masing-masing

19,34 %, 43,66 %, 17,55 % per tahunnya. Sedangkan untuk usaha perikanan Pukat udang, Pukat Pantai, dan JIL hasil analisis menunjukkan hanya mendatangkan keuntungan masing-masing 8,38% dan 8,68 %, dan 9,14% dan nilai ini lebih rendah dari suku bunga yang berlaku, sehingga investasi di bank sebaiknya lebih dipilih daripada menjalankan ketiga usaha perikanan tangkap tersebut.

Hasil analisis parameter ROI menunjukkan bahwa usaha perikanan JIH, Sero,dan jaring insang tetap (JIT), termasuk usaha perikanan tangkap dengan pengembalian investasi yang tinggi.  Usaha perikanan Sero paling tinggi ROI-nya yang menunjukkan bahwa usaha ini dapat mengembalikan investasi sebesar 5,50 kali dari investasi yang ditanam. Oleh karena kondisi ini, maka hasil analisis terhadap parameter PP menunjukkan bahwa usaha sero juga mempunyai perputaran usaha paling cepat/singkat yaitu hanya 0,18.

 

 

Lembaga Keuangan Potensial dan Jenis Kreditnya

 

Hasil survei lapangan menunjukkan paling tidak ada dua lembaga keuangan yang dapat dijadikan mitra kerja usaha perikanan tangkap terpilih di Kabupaten Karawang, yaitu KUD Mina Singa Perbangsa dan Bank BRI.  Pada KUD Mina Singa Perbangsa kredit yang umum disediakan terdiri dari kredit kelompok utama dengan nilai sekitar Rp. 25.000.000 - Rp 50.000.000, Kredit Mikro dengan nilai berkisar Rp 3.000.000. Kredit yang diberikan oleh BRI ada tiga jenis, yaitu kredit bisnis umum, kredit Agri Bisnis dan Kredit Usaha Pedesaan (KUPEDES).

Kredit Bisnis Umum biasanya maksimum Rp 200.000.000 dan kredit Agri Bisnis maksimum yang disetujui Rp. 125.000.000 dan kredit usaha pedesaan Rp. 100.000.000

 

 

Hasil Optimalisasi Kredit/Pembiaya-an/Jasa Pada Usaha Perikanan Tangkap

 

Hasil analisis linear goal programming :

LINDO/PC (9 AUG 89)

COPYRIGHT (C) 1989 LINDO SYSTEMS,  INC.   PORTIONS

COPYRIGHT (C) 1981 MICROSOFT CORPORATION. LICENSED

MATERIAL,  ALL RIGHTS RESERVED.  COPYING EXCEPT AS

AUTHORIZED IN LICENSE AGREEMENT IS PROHIBITED.

ANNUAL DIST. LICENSE UNE-2271 NOT FOR USE AFTER 28 FEB. 1991

FOR DEPT. OF AGRI. ECO.& BUS. MGMT,UNIVERSITY OF NEW ENGLAND

: min DB1 + DB2 + DB3 + DB4 + DA5

? st

? DB1 + 100X3 >= 4030

? DB2 + 25X1 + 50X2 + 20X3 >= 960

? DB3 + 5X1 + 3X2 + 3X3 + 3X4 >= 607.5

? DB4 + 3X2 >= 703.5

? DA5 + 0.1X1+0.03X2 + 0.065X3 + 0.075X4 <= 53.25

? end

 

: go

 

LP OPTIMUM FOUND AT STEP      4

 

       OBJECTIVE FUNCTION VALUE

 

       1)    .000000000

 

 VARIABLE        VALUE          REDUCED COST

      DB1          .000000          1.000000

      DB2          .000000          1.000000

      DB3          .000000          1.000000

      DB4          .000000          1.000000

      DA5          .000000          1.000000

       X3        40.300000           .000000

       X1          .000000           .000000

       X2       234.500000           .000000

       X4          .000000           .000000

 

 

      ROW   SLACK OR SURPLUS     DUAL PRICES

       2)          .000000           .000000

       3)     11571.000000           .000000

       4)       216.900000           .000000

       5)          .000000           .000000

       6)        43.595500           .000000

 

NO. ITERATIONS=       4

 

DO RANGE(SENSITIVITY) ANALYSIS?

? yes

 

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

 

                          OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE         CURRENT        ALLOWABLE        ALLOWABLE

                  COEF          INCREASE         DECREASE

     DB1        1.000000         INFINITY         1.000000

     DB2        1.000000         INFINITY         1.000000

     DB3        1.000000         INFINITY         1.000000

     DB4        1.000000         INFINITY         1.000000

     DA5        1.000000         INFINITY         1.000000

      X3         .000000       100.000000          .000000

      X1         .000000         INFINITY          .000000

      X2         .000000         3.000000          .000000

      X4         .000000         INFINITY          .000000

 

                          RIGHTHAND SIDE RANGES

     ROW         CURRENT        ALLOWABLE        ALLOWABLE

                   RHS          INCREASE         DECREASE

       2     4030.000000     67070.000000      4030.000000

       3      960.000000     11571.000000         INFINITY

       4      607.500000       216.900000         INFINITY

       5      703.500000      4359.550000       216.900000

       6       53.250000         INFINITY        43.595500

          

     

Perhitungan :

Berdasarkan hasil analisis linear goal programming (LGP), terlihat paket kredit Bank Jabar-Banten (X1), paket kredit KUD Mina Singaperbangsa (X2), paket kredit Bank Rakyat Indonesia (X3), paket kredit Bank Perkreditan Rakyat (X4) dalam mendukung pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang berturut-turut 0,00, 234,5, 40,30, dan 0,00.  Bila nilai tersebut dikonversikan kepada nilai kredit sebenarnya, maka untuk KUD Mina Singaperbangsa, nilai kredit/pembiayaan/jasa yang ditawarkan bagi usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang dapat dioptimalkan :

a.  Kategori kredit usaha mikro utama (K2) (Rp. 000.000)

= 50 x 234,5

= 11725

b.  Kategori kredit usaha mikro kecil (K4) (Rp. 000.000)

= 3 x 234,5

= 703,5

c.  Kategori pembinaan usaha (Rp. 000.000)

= 3 x 234,5

= 703,5

Nilai kredit/pembiayaan/jasa yang ditawarkan oleh Bank Rakyat Indonesia (X3) bagi usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang dapat dioptimalkan :

a.  Kategori kredit usaha menegah dan besar (K1) (Rp. 000.000)

= 100 x 40,30

= 4030

b.  Kategori kredit usaha mikro utama (K2) (Rp. 000.000)

= 20 x 40,30

= 806

c.  Kategori kredit usaha mikro kecil (K4) (Rp. 000.000)

= 3 x 40,30

= 120.9

Peran Bank Jabar-Banten dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dianggap tidak begitu diperlukan saat ini untuk mendukung pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang.  Hal ini ditunjukkan oleh paket kredit kedua lembaga keuangan tersebut yang masing-masing bernilai 0,00.

            Lembaga keuangan yang diharapkan perannya untuk mendukung pembiayaan usaha perikanan bubu, jaring insang hanyut (JIH), sero, dan jaring insang tetap (JIT) di Kabupaten Karawang adalah KUD Mina Singaperbangsa dan Bank Rakyat Indonesia (BRI).  Bank Jabar-Banten dan Bank Perkreditan Rakyat belum terlalu dibutuhkan perannya.  Kondisi ini lebih disebabkan oleh aktivitas usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang yang berada di pesisir pantai yang jauh dari keramaian sehingga hanya lembaga keuangan tertentu yang mau berkorban dan sedikit peduli yang bisa bertahan.   Pada Tabel 4 disajikan tentang pola optimalisasi peran yang dapat dilakukan oleh KUD Mina Singaperbangsa dan Bank Rakyat Indonesia tersebut untuk usaha perikanan tangkap Kabupaten Karawang melalui tawaran pelayanan beberapa jenis kredit/pembiayaan/jasa lainnya.

 

Tabel 4    Pola optimalisasi kredit/pembiayaan/jasa dari lembaga keuangan pada usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang

 

No.

Jenis Lembaga Keuangan

Nama Kredit/

Pembiayaan/Jasa

Alokasi Optimal Kredit/

Pembiayaan/Jasa

Usaha Perikanan Tangkap Sasaran

 

 

 

 

 

1.

KUD Mina Singaperbangsa

Kredit Kelompok Utama

Rp 11.725.000.000

 

·     Bubu

·     Jaring Insang Hanyut (JIH)

·     Sero

·     Jaring Insang Tetap (JIT)

 

Kredit Mikro

Rp 703.500.000

 

Pembinaan Usaha

Rp 703.500.000

 

 

 

 

2.

Bank Rakyat Indonesia

Kredit Bisnis Umum

Rp 4.030.000.000

 

Kredit Agribisnis

Rp 806.000.000

 

 

Kredit Usaha Pedesaan (KUPEDES)

Rp  120.900.000

 

 

 

 

 Sumber : Hasil Analisis : Data Lapangan (2009)

 

  Pada Tabel 4 ditunjukkan pola optimalisasi peran KUD Mina Singaperbangsa dalam pembiayaan usaha perikanan tangkap yang layak dikembangkan di Kabupaten Karawang berupa pemberian kredit yang diikuti dengan pembinaan usaha perikanan tangkap.  Adapun jenis kredit yang diberikan dan dibutuhkan oleh pelaku usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang adalah Kredit Kelompok Utama (kategori kredit K2) dan Kredit Mikro (kategori kredit K4).  Kredit Kelompok Utama merupakan kredit yang banyak dimanfaatkan oleh pelaku usaha perikanan tangkap di lokasi, disamping karena jumlahnya cukup besar juga karena di lokasi memang belum ada lembaga keuangan yang mampu memberikan kredit cukup besar.  Terkait dengan ini, maka KUD Mina Singaperbangsa menjadi satu-satunya tumpuan dan harapan nelayan terutama pada saat membutuhkan biaya besar seperti pengadaan saran penangkapan ikan yang baru dan talangan biaya perbekalan (terutama usaha perikanan JIH dan JIT).  Selama ini memang baru sebagian dari nelayan yang dapat memanfaatkan kredit tersebut, karena terbatasnya dana koperasi.

Melihat kondisi ini, maka peran KUD Mina Singaperbangsa untuk selalu menyiapkan kredit menengah tersebut bagi kelangsungan usaha perikanan tangkap yang skala pengusahaannya cukup besar menjadi mutlak diperlukan.  Dalam kaitan ini, maka alokasi Kredit Kelompok Utama ini yang saat ini hanya sekitar Rp 3.500.000.000 perlu ditingkatkan sehingga menjadi Rp 11.725.000.000 per tahun.  Dalam pemenuhan anggaran kredit tersebut, KUD Mina Singaperbangsa dapat bekerjasama dengan perbankan atau investor  lainnya.

Berdasarkan Tabel 4, alokasi Kredit Mikro dari KUD Mina Singaperbangsa perlu ditingkatkan sehingga menjadi Rp 703.500.000 per tahun.  Hal ini wajar karena tidak hanya usaha perikanan tangkap skala besar yang tidak kebagian, teteapi usaha perikanan tangkap yang memanfaatkan kredit Rp 3.000.000 – Rp 3.500.000  juga sering tidak mendapatkannya.  Hal ini menjadi perlu diperhatikan karena pendanaan dari perbankan sangat sulit disamping persyaratannya yang rumit juga karena letaknya yang jauh.  

KUD Singaperbangsa juga dapat mengoptimalkan perannya dalam memberikan pembinaan kepada nelayan, pedagang/pengolah ikan anggota KUD.  Alokasi anggaran pembinaan ini dapat dioptimalkan menjadi 703.500.000 per tahun.  Alokasi tersebut memang cukup besar, tetapi pembinaan yang dilakukan terus-menerus melalui pelatihan /workshop, atau diskusi lainnya sangat membantu meningkatkan kinerja nelayan yang berimbas pada peningkatan keuntungan bagi nelayan dan KUD.   

Bank Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya perbankan yang bersedia memberikan kredit kepada pelaku usaha perikanan tangkap di pesisir utara Kabupetan Karawang ini.  Pada kenyataannya, jenis kredit dan nilai kredit yang diberikan oleh Bank Rakyat Indonesia belum mempunyai pengaruh yang cukup signifikan untuk membantu pembiayaan yang dibutuhkan oleh nelayan di lokasi.  Selama ini di kalangan masyarakat pesisir dan nelayan, Kredit Bisnis Umum, Kredit Modal Kerja (KMK), dan Kredit Usaha Pedesaan (KUPEDES) baru dimanfaatkan masing-masing sekitar Rp 2.200.000.00, Rp 240.000.000, dan Rp 93.000.000 dalam setahun.    Bank Rakyat Indonesia sangat selektif dan berhati-hati dalam memberikan kredit-kredit tersebut.  Hal ini dapat dipahami karena pertimbangan risiko dan sulitnya medan bila terjadi kredit macet di kemudian hari.  Akibat dari kondisi ini, KUD Mina Singaperbangsa yang berada langsung di lokasi sering menjadi sasaran ketidakpuasan dan cemoohan nelayan dan lainnya yang membutuhkan dana talangan. 

Terlepas dari itu, seiring dengan perbaikan sistem kredit dan dukungan dari pihak-pihak terkait terutama Pemerintah Daerah, peran Bank Rakyat Indonesia masih dapat ditingkatkan hingga alokasi kreditnya menjadi optimal, yaitu untuk Kredit Bisnis Umum, Kredit Modal Kerja (KMK), dan Kredit Usaha Pedesaan (KUPEDES) dapat ditingkatkan masing-masing Rp 4.030.000.000, Rp 806.000.000, dan Rp 120.900.000. Alokasi Kredit Bisnis Umum lebih tinggi daripada kredit lainnya, karena usaha perikanan tangkap yang termasuk layak dan nantinya banya

comments powered by Disqus